Mengenal Tentang Biografi Asal Muasal Siapa Yusril Ihza Mahendra
Dirangkum oleh SUPRIZAL TANJUNG, Batam
Nurseha, Ibunda Yusril: Kami Orang Minang, dari Suku Malayu Kampuang Dalam Aia Tabik Kota Payakumbuh
Nurseha, Ibunda Yusril: Kami Orang Minang, dari Suku Malayu Kampuang Dalam Aia Tabik Kota Payakumbuh
SAAT ini, banyak pihak yang menilai Yusril Ihza Mahendra,
yang saat ini menjabat Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) adalah
putra Bangkinang, Provinsi Riau. Hal itu dapat dibenarkan, karena
semenjak dilahirkan hingga besar, mantan Ketua Umum Partai Bulan Bintang
itu, berada di Siabu, Bangkinang.
Namun tidak banyak yang tahu, jika Yusril memiliki asal usul dari
Minangkabau. Rajo Luak Limopuluah Datuak Marajo Indo Mamangun saat
menyambut kedatangan Yusril Ihza Mahendra, penghulu yang terdaftar
sebagai datuak-datuak dan penghulu-penghulu di Luhak Limapuluh
menyatakan, kalau sejarah ninik mamak yang saat ini dipangku Yusril,
tidak bisa dibantahkan.
Dalam lintasan sejarah Minangkabau, pada ”barih nan balabeh” adat
disebutkan, adalah niniak mamak nan 50 yang turun dari Pariangan
Padangpanjang datang ke Luak Limapuluh melalui Sungai Patai (Tanahdatar)
ke Situjuah Ladang Laweh, Padang Kuniang, Situjuah Gadang dan terus ke
timur Sikabu-kabu.
Mereka turun dan sampai di Aia Tabik. Dalam perjalanan mencari tempat
untuk menetap, mereka berkumpul di sebuah tempat bernama Padang Siantah
sekarang. Di tempat itu mereka saling bertanya, dan saling memberi
jawab, ”Antah” dalam pencarian kawan yang hilang.
Lantas mereka menyebar yang belakangan diketahui dari orang ”nan
batigo” penduduk setempat yakni, Dt Jin No Katie, Dt Prabu Nasti dan Dt
Rajo Pandawa, lima niniak yang hilang tersebut berjalan melalui Bukit
Limbuku-Batu Balang, Buluah Kasok sampai ke Kampar.
Saat itu ninik mamak yang lima orang itu, menjadi Pucuak Adat Limo
Koto Kampar. Daerahnya membawahi, Kuok, Bangkinang, Salo, Aia Tirih dan
Rumbio.
Ninik yang lima yang dalam artian luak itu berarti kurang, menjadi
nama Luak 50 yang menyebar di berbagai tempat. Sampai saat inilah, ninik
mamak dan penghulu itu, dalam kewilayahan Kota Payakumbuh dan Kabupaten
Limapuluh Kota berjumlah tidak kurang dari 13 ribu. Hal yang sama juga
terjadi pada keturunan ”ninik nan balimo” di Kampar yang sampai saat ini
menyebar dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan daerah.
Masing-masing keturunan dari ninik yang 50 itu, secara turun menurun dan
berkembang membangun jati diri atau Soko (tiang utama).
Salah satunya telah menjadi gelar kaum, Datuak Mahadajo Palinduang
yang saat ini disandang Prof Dr Yusril Ihza Mahendra. Ia adalah putra
Minangkabau yang mewarisi Soko kebesarannya yang telah dilewakan di Si
Abu tahun 2002 lalu.
Guru besar hukum itu lahir di Pulau Belitung dari rahim seorang bundo
kanduang Datuak Maharajo Palinduang. Karena itu, dengan diserahkannya
gelar Dt Maharajo Palinduang itu kepada Yusril Ihza Mahendra, maka
melengkapi kebesaran ”rajo nan balimo” yang di dalamnya ada Datuak
Bandaro Hitam (Rajo Diranah), Kamanakan Nan Sambilan meliputi, Sicincin,
Labuah Kudo, Pariangan Padangpanjang, Silarak, Tabek Anduang, Tanjuang
Aro, Sikabu-kabu, Tanjuang Kaliang dan Koto Marapak. Selain itu, juga
melengkapi kehadiran anak nan balimo, Andaleh, Mungo, Sungai Kamuyang,
Aua Kuniang dan Limbukan serta dunsanak dan baduo,Tiaka Payobasuang.
”Mangambang Leba”
Penyerahan tongkat dan keris kepada Yusril Ihza Mahendra Dt Maharajo
Palinduang dari Pasukuan Melayu Dt Mudo dari Siabau Koto Bangkinang dari
Rajo Luhak Limo Puluah dan Pewaris kerajaan Pagaruyung kemarin,
menandai dimulainya acara ”Mangambang Leba, Marantang Panjang Gelar
Pusako” yang dilaksanakan dalam penuh suasana kekerabatan dan khitmad.
Kegiatan yang dilaksanakan di Istano Linduang Bulan juga dilaksanakan
dalam prosesi adat dalam bentuk pasambahan adat yang dibawakan oleh
ninik mamak nan batujuh Pagaruyung, sedangkan kegiatan acara ”Mangambang
leba dan merantang” itu dihadiri langsung oleh pewaris Pagaruyung,
Tuanku Mudo Mahkota Alam Sutan Sm Taufik Thaib beserta Basa Ampek Balai,
Langgam nan Tujuh.
Di samping itu juga hadir Asisten IV Setdaprov Sumbar Yohanes Dahlan,
Wakil Bupati Tanahdatar Aulizur Syuib, Ketua LKAAM Sumatera Barat
Kamardi Rais P Dt Simulie, Sy Dt Marajo Indo Mamangun Rajo Luhak lima
Puluah, Ketua Badan Pemberdayaan Limbago Adat tertinggi Rajo Mufakat
Luhak Limopuluah dengan tuan serta seluruh ninik mamak, pemuda dan
cerdik pandai di Tanahdatar dan Luhak Limopuluah.
Dalam sambutannya, Ketua LKAAM Sumatera Barat Kamardi Rais P Dt
Simulie meluruskan bahwa kegiatan ”Mangambang Leba dan Marantang
Panjang” yang dilakukan di Istano Linduang Bulan bukan pemberian gelar
kehormatan karena beliau sendiri sudah menyandang gelar sako adat Dt
Maharajo Palinduang dari Pasukuan Melayu DT Mudo Nagari Siabu V Koto
Bangkinang.
Dan, kegiatannya ”mangambang leba dan marentang panjang” gelar sako
yang telah diberi amanah oleh kaumnya, karena gelar sako adalah
institusi kepemimpinan kaum di Minangkabau. Dia pun didahulukan
salangkah, ditinggikan sarantiang dalam memimpin anak kemenakannya.
Dt P Simulie meminta semua pihak menata kembali seluruh hukum yang
ada di negeri ini, termasuk menyelaraskan norma-norma adat dengan
legalitas undang-undang. Tanah ulayat sebagai pusako tinggi berupa
”cancang latiah, tambilang basi” nenek moyang dan ada pusako rendah
hasil keringat ayah dan ibu. Demikian pula punya UU No 5 tahun 1960 yang
disebut UU Pokok Agraria yang sudah masanya harus direvisi, terutama
pasal 28 yang menyebutkan sehabis Hak Guna Usaha (HGU) tanah dapat tidak
dikembalikan kepada pemilik ulayat, tapi langsung menjadi tanah negara.
Komentar Raja Pagaruyung
Sementara itu, Pewaris Pagaruyung Tuanku Mudo Mahkota Alam Sutan SM
Taufik Thaib menambahkan, Yusril Mahendra bukan diberi gelar kehormatan,
karena gelar sako oleh kaumnya dalam suku Melayu sudah dilaksanakan
tahun 2002 lalu. ”Kedatangan beliau dengan keluarga dan rombongan sangat
mengembirakan kita. Ini sekaligus dapat memperkokoh dan memperjelas
pertalian adat antara Lima Koto Kampar V Koto dengan Luhak Limapuluh
dengan Minangkabau sendiri.
Yusril Ihza Mahendra Dt Maharajo Palinduang mengakui pemberian gelar sako kaum baginya telah diberikan pada tahun 2002 lalu.
”Saya menyadari gelar itu merupakan tugas berat, yaitu ”anak dipangku
dan kamanakan dibimbiang”, belum lagi sumpah yang dibacakan sendiri
cukup besar artinya dalam menjalankan amanahnya sebagai ninik mamak yang
cukup luar biasa beratnya. Namun demikian, saya sangat gembira apalagi
sebagai orang yang dipercayakan sebagai ninik mamak juga disambut dengan
penuh keakraban. Tidak saja sebagai anak kemenakan, tapi juga dalam
lingkungan keluarga dan kerabatan di Minangkabau sendiri, termasuk di
Kabupaten Tanahdatar dan Kabupaten Limapuluh Kota sebagai keluarga
sendiri,” ujarnya.
Menyinggung masalah hukum adat, lebih jauh ia menyebutkan bahwa saat
ini Minangkabau menilai, sebagian kaedah hukum adat diangkat sebagai
hukum nasional. Dan kaedah hukum Islam diangkat sebagai hukum nasional.
Antara hukum adat dan hukum Islam di Minangkabau ada perdamaian dalam
seluruh persoalan antara hukum adat dengan hukum Islam.
Pengakuan Nurseha binti Sandon (76), Ibunda Yusril Ihza Mahendra
Lika-liku hidup Yusril pun juga dituturkan Ibunda tercinta, Nurseha binti Sandon
(76), sesaat sebelum take off menuju Jakarta di VIP Room Bandara
Internasional Minangkabau. Nurseha mengungkapkan, dulunya ia pergi
merantau ke Singkep, Riau. Ia tak ingat lagi kapan ia pergi merantau ke
daerah tersebut.
”Awalnya kami merantau ke Singkep, Riau. Puluhan tahun kami menetap
di sana. Sampai akhirnya kami berlabuh di Mangar, Pulau Belitung. Kami
tak tahu lagi rentang sejarah asal-usul silsilah keluarga. Kala itu pun,
tak ada waktu untuk merunut jejak silsilah itu,” tukas Nurseha yang
sudah 18 tahun ditinggalkan suami tercinta, Idris.
Ayah Yusril bersuku Melayu Malaysia. Ia dianggap
keturunan raja di salah satu negara bagian di negeri Jiran itu. Upaya
mengungkap jejak silsilah itu, kembali diupayakan keluarga besar Yusril.
Kala itu, Yusril didaulat menjadi Menteri Kehakiman dan HAM.
”Mulailah kami menelusuri silsilah keluarga. Saya tak berkeinginan
juga jejak silsilah keluarga tak berkejelasan. Apalagi selaku tokoh
nasional, tentu Yusril mesti diketahui silsilah keluarganya,” kenang
Nurseha.
Ibu yang mengaku memiliki 11 anak ini, memaparkan
perjuangannya mencari jejak silsilah keluarganya. Perjuangan itu dimulai
dengan membawa silsilah keluarga di Mangar Belitung dan diakurkan di
Padang.
”Setelah kami telaah lebih dalam bersama tokoh-tokoh adat, akhirnya
ditemui kejelasan silsilah kami. Kala itu kami bersyukur. Yusril memang
orang Minang, yaitu Suku Malayu Kampuang Dalam Aia Tabik Kota
Payakumbuh” tegas Nurseha.
Silsilah itu membuktikan, Yusril berasal dari Suku Malayu Kampuang
Dalam Aia Tabik Kota Payakumbuh. Jejak silsilah itu juga mengungkapkan,
keluarga Yusril sebelum sampai ke Mangar Belitung, ia menyeberang ke
Siabu Bangkinang, Singkep Riau, dan baru ke Mangar Belitung.
”Inilah juga yang mengantarkan Yusril memangku gelar Sako (Kaum) Dt Maharajo Palinduangan, bukan gelar kehormatan,” akhirnya.
Kiprah Yusril Ihza Mahendra
Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra (lahir di Lalang, Manggar, Belitung
Timur, 5 Februari 1956; umur 56 tahun) adalah seorang pakar hukum tata
negara, politikus dan Intelektual Indonesia. Ia menjabat Menteri
Sekretaris Negara Indonesia pada periode 20 Oktober 2004-8 Mei 2007.
Di bidang politik, dari tahun 1998 hingga 2005 ia menjabat sebagai
Ketua Umum Partai Bulan Bintang. Yusril telah tiga kali menempati
jabatan sebagai seorang menteri dalam kabinet pemerintahan Indonesia,
yaitu Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia (26 Agustus 2000-7
Februari 2001), Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Kabinet Gotong
Royong (Agustus 2001-2004) dan terakhir Menteri Sekretaris Negara
Kabinet Indonesia Bersatu (20 Oktober 2004-2007). (jon/mal/rdo/ril)
Mengenal Tentang Biografi Asal Muasal Siapa Yusril Ihza Mahendra
Reviewed by Admin
on
5:56:00 PM
Rating:
No comments: