Baru-baru ini di Detik Online (19/06/2011) diberitakan tentang kali
Surabaya yang mengalami penurunan kualitas air yang terjadi karena
pencemaran akibat keberadaan sampah popok dan pembalut. Dari pengamatan
di kali tersebut, selain plastik dan daun ternyata terdapat sampah bekas
popok bayi hingga pembalut yang terlihat mengapung di sudut-sudut kali.
Padahal untuk diketahui kali Surabaya ini digunakan sebagai sumber
bahan baku air PDAM untuk memenuhi pasokan air bersih dalam kota
tersebut. Bahkan dari temuan satu LSM lokal disebutkan bahwa persentase
sampah jenis ini bisa mencapai 15 persen.
Sampah dari popok dan pembalut tentu saja banyak melibatkan ibu-ibu
dan para perempuan remaja sebagai ‘terdakwa’ dalam pembuangan sampah
jenis ini. Mereka memang adalah pengguna utama pembalut secara rutin
pada saat mendapatkan proses siklus menstruasi yang berlangsung
periodik. Bahkan sekarang ada juga perempuan yang mulai menggunakan
model pantyliner secara harian. Untuk popok bayi maka tentu
saja juga melibatkan ibu atau pengasuhnya yang mengasuh mereka. Saat ini
juga banyak pampers yang dikenakan pada orang dewasa yang karena
menderita sakit lumpuh atau karena kondisi lain misal sudah usia tua
sehingga tidak mampu mengontrol sendiri masalah buang air.
Sampah popok dan pembalut ini tentu saja kalau sudah digunakan harus dibuang. Sampah ini bersifat tidak hiegienis karena biasanya menempel kotoran-kotoran yang banyak mengandung bakteri atau mikroorganisme sebagai sumber penyakit. Penanganan sampah jenis ini di rumah tangga umumnya tidak dilakukan. Jadi kebanyakan langsung dibuang begitu saja dan bercampur dengan sampah domestik lainnya. Sampah jenis ini tidak dapat diolah lebih lanjut misal dengan cara daur ulang atau digunakan kembali karena alasan teknis dan faktor kesehatan tadi. Jadi upaya yang dapat dilakukan adalah hanya pengurangan jumlah produk sehingga sampah yang dihasilkan pun menjadi berkurang.
Sampah popok dan pembalut ini tentu saja kalau sudah digunakan harus dibuang. Sampah ini bersifat tidak hiegienis karena biasanya menempel kotoran-kotoran yang banyak mengandung bakteri atau mikroorganisme sebagai sumber penyakit. Penanganan sampah jenis ini di rumah tangga umumnya tidak dilakukan. Jadi kebanyakan langsung dibuang begitu saja dan bercampur dengan sampah domestik lainnya. Sampah jenis ini tidak dapat diolah lebih lanjut misal dengan cara daur ulang atau digunakan kembali karena alasan teknis dan faktor kesehatan tadi. Jadi upaya yang dapat dilakukan adalah hanya pengurangan jumlah produk sehingga sampah yang dihasilkan pun menjadi berkurang.
Seiring dengan kondisi budaya saat ini yang memerlukan kepraktisan
apalagi didorong harga yang semakin murah, maka penggunaan pampers dan
pembalut pun semakin meningkat. Dengan demikian sampah yang dihasilkan
juga terus mengalami peningkatan. Kalau sudah seperti ini yang perlu
dilakukan adalah kesadaran untuk mengelola sampah tersebut.
Sebagai penghasil sampah maka masing-masing orang harus memiliki
kesadaran untuk tidak membuang sampah secara sembarangan, termasuk
sampah popok, pampers atau pembalut. Sampah ini biasa dihasilkan pada
saat melakukan aktivitas di kamar mandi saat berganti baju. Pada saat
ini yang bersangkutan umumnya sudah tahu untuk tidak membuang sampah ke
dalam saluran toilet. Hal ini karena akan mengakibatkan saluran toilet
menjadi mampat tertutup sampah. Jadi satu-satunya cara adalah dengan
membuangnya ke dalam tempat sampah.
Anjuran yang perlu dilakukan adalah dengan mencuci kotoran dari
sampah yang akan dibuang. Kotoran yang menempel dapat terbuang ke dalam
saluran toilet tanpa menyebabkan macet. Setelah sampah terbebas dari
kotoran maka barulah dapat dibuang ke dalam tempat sampah.
Sampah ini tentu saja untuk ditampung dan diangkut petugas ke tempat
penampungan sampah. Jadi sampah jangan dibuang sembarangan, apalagi
dibuang ke dalam sungai. Akibatnya adalah seperti yang diberitakan di
atas, yakni mencemari sungai.
Prinsipnya adalah kalau kita sendiri merasa jijik akan keberadaan
sampah jenis ini maka tentunya kita punya perasaan untuk tidak membuat
orang lain juga jijik. Jadi diperlukan kesadaran sang pengguna sendiri
untuk mengelola sampah popok dan pembalut yang telah digunakan agar
tidak mengganggu orang lain.
Semoga membangkitkan kesadaran kita semua.
Popok Pampers Diaper Softex Pembalut Sumber Percemaran
Reviewed by Saida Waliya
on
3:24:00 PM
Rating:
No comments: